Teks Drama Tentang Teks Negosiasi

NEGOSIASI MEMBAYAR SPP

            Diceritakan suatu hari seseorang yang bernama Riva berangkat sekolah seperti biasanya dengan jalan kaki dari rumahnya yang berjarak ± 1 km dari sekolah. Ia berangkat dengan penuh harapan untuk mencari ilmu agar menjadi orang yang sukses. Setibanya di kelas.

Riva                : “Hai kawan”

Layli dan Ega  : “Hai Ri”

Layli               : “Ayo sini duduk. Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan sama kamu. Jadi begini ri, aku sama ega udah mutusin kalo kita mau pergi jalan-jalan ke bukit saat weekend besok, kamu bisa ikut ga ?

(Riva terlihat bingung dan hanya diam)

Ega                : “Tenang ri, disana kita bisa dapet pemandangan yang bagus dan bisa beli berbagai pernak-pernik yang cantik”

Layli                : “Jadi gimana ?”

Riri                  : “Hm…. Nanti aku coba pikirin deh”

Saat Riva berada di kelas dan sedang berkumpul dengan teman-temannya , tiba-tiba ia dipanggil seseorang, yaitu Ibu Mey,  wali kelasnya.

Ibu Mey          : “Assalamu’alaikum, apakah disini ada yang bernama Riva Asyifa?”

Riva                : “Iya bu, saya yang bernama Riva Asyifa, ada apa ya ?”

Ibu Mey          : “Bisa kita bicara sebentar ?”

Riva                : “Bisa bu”

Ibu Mey          : “Mari ikut saya”

Ibu Mey dan Riva berjalan ke arah tempat duduk di sekitar tepi lapangan dalam SMA yang berada di depan kelas X MIA 3.

Ibu Mey          : “Setelah saya baca dari berkas yang saya bawa, ternyata kamu belum membayar uang SPP selama 2 bulan”

Riva                : “Iya bu, saya belum ada uang untuk membayarnya” (dengan ekspresi raut wajah sedih)

Ibu Mey         : “Sebenarnya kamu sudah diberikan BOS, tapi itu tidak cukup untuk 2 bulan terakhir. Jika kamu tidak melunasinya sampai sebelum UKK, kamu bisa tidak dapat mengikuti UKK tersebut”

Riva                : “Iya bu, saya akan usahakan”

Ibu Mey          : “Baiklah, saya pastikan kamu sudah membayar pada lusa besok”

Riva                : (terkejut) “Maaf bu, kalu lusa sepertinya saya tidak bisa”

Ibu Mey          : “Ya sudah, pada 3 hari kedepan bagaimana ?”

Riva                : “Sepertinya saya juga tidak bisa, bagaimana kalau minggu depan saja bu ?”

Ibu Mey          : “Itu sudah mepet sekali dengan UKK, Riva. Saya sarankan maksimal 4 hari kedepan kamu sudah melunasi biaya tersebut           “

Riva                : “Apa tidak bisa dikasih beberapa hari lagi bu?”

Ibu Mey          : “Itu sudah sesuai ketentuan dari sekolah, Ri”

Riva                : (dengan ekspresi menundukan kepala sembari berpikir) “Baiklah bu, akan saya usahakan.”

Ibu Mey          : “Ya sudah, saya akan menunggu kamu dalam 4 hari kedepan” (kemudian pergi dari tempat tersebut)

Riva                : “Baiklah bu, akan saya usahakan” (sambil berpikir)

            Setibanya dikelas, Riva termenung dengan memikirkan bagaimana cara ia mendapat uang dalam 4 hari kedepan. Ia selalu termenung.

Ega                  : “Ri, besok ada pr enggak ya ?”

(Riva hanya diam dan tidak mengecohkan adanya pertanyaan dari Ega)

Ega                : (mengibaskan tangannya didepan wajah Riva) “Ri, kamu kenapa ? kok kamu cuman diam ? Ada masalah ?cerita dong”

Riva                : (dengan kaget) “Eh, gak papa kok”

Ega                 : “Hm…. Jangan bohong”

Riva                : “Gak papa kok, beneran!” (dengan mengacungkan 2 jari)

Ega                 : “Ya sudah, kalau ada masalah cerita aja. Aku mau dengerin kok.” (dengan tersenyum)

            Selain itu. Saat diperpustakaan sekolah, Riva juga terlihat sedang melamun dengan bersikap seperti sedang membaca buku dan didekatnya ada Layli.

Layli               : “Ri, ini yang harus dicari halaman berapa ya ?” (sambil membuka-buka halaman buku yang ia pegang)

(Riva hanya diam dan tidak mengecohkan adanya pertanyaan dari Layli)

Layli                : “Ri ?” (melihat wajah Riva) “Kok diam ?”

Riva                 : (dengan kaget) “Eh… Kamu tadi Tanya apa ?”

Layli               : “Jadi kamu dari tadi pegang buku cuman ngelamun ?” (menggelangkan kepalanya) “Kalo ada masalah bilang aja, siapa tau aku maupun Ega bisa bantu kamu”

Riva                : “Enggak kok, aku cuman cape aja. Tadi kamu Tanya apa ?”

Layli                : “Yang ini dihalaman berapa ya ?”

Riva                : “Halaman 145”

Layli                : “Ok…”

Riva                : “Sudah ketemu ?”

Layli                : “Udah ni”

Riva                : “Ya udah, aku mau ke UKS dulu ya”

Layli                : “Iya”

            Riva pun pergi ke UKS sekolah saat dia merasa bahwa ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya untuk membayar SPP dalam 4 hari kedepan.

Riri                : “Aduh gimana ini, untuk mendapatkan uang itu aku harus ngapain, ya Allah itu merupakan sesuatu yang sulit, apalagi saat bapakku lagi sakit seperti saat ini.”

Disamping itu. Saat Layli dan Ega kumpul bersama, ia menceritakan akan kejadian Riva yang sering melamun di setiap waktu.

Ega                  : “Hai La”

Layli                : “Hai Ega”

Ega                  : “La ? Kayaknya, sekarang Riva sering mgelamun deh”

Layli                : “Iya, aku nanya aja sampe dicuekin dan gak langsung dijawab”

Ega                  : “Ada apa ya ?”

Layli               : “Hm… oh iya, aku kemaren lihat Riva dipanggil sama Ibu Mey. Sepertinya membicarakan hal penting. Mungkin karena itu.”

Ega              : “Oh, Ibu Mey ?” (teringat sesuatu) “Oh iya, waktu itu aku sempet lihat kalau Ibu Mey memegang daftar nama anak yang belum lunas dalam membayar SPP”

Layli                : “Jangan-jangan Riva melamun cuman karena masalah itu ?”

Ega                  : “Iya, mungkin aja sih. Kalau gitu kita harus pastiin dugaan kita bener apa engga”

Layli                : “Ya udah, kita tanya ke Ibu Mey aja”

Ega                 : “Boleh”

            Keesokan harinya, Layli dan Ega menanyakan mengenai masalah mengapa Riva sering bersikap sepeti memikirkan sesuatu kepada Ibu Mey selaku wali kelasnya.

Ega              : “Maaf bu, saya mau Tanya, sebenarnya Riva ada masalah apa ya ? Kenapa ibu kemarin memanggil Riva”

Ibu Mey          : “Hm.. Sebenarnya, Riva belum melunasi SPP 2 bulan terakhir”

(Layli menganggukkan kepala ke Ega, seakan bahwa dugaan yang mereka bicarakan benar)

Ibu Mey          : “Apa ada yang mau ditanya lagi ?”

Layli                : “Hm… Memangnya kalau belum membayar uang SPP tersebut bagaimana bu ?”

Ibu Mey          : “Sebenarnya konsekuensinya cukup besar. Jika belum melunasi hal tersebut, terpaksa Riva tidak bisa mengikuti UKK”

Ega                  : (Dengan kaget) “Sampai segitunya bu ?, untuk melunasi biaya tersebut, ditentukan sampai hari apa bu ?”

Ibu Mey          : “Itu sudah merupakan ketentuan sekolah. Riva harus melunasi uang SPP sampai 3 hari ke depan”

Layli                : “Jika seperti itu. Kami sudahi dulu bu, terima kasih, maaf mengganggu”

Ibu Mey          : “Iya tidak apa-apa”

(Layli dan Ega bersalaman dengan wali kelas dan pergi dari tempat tersebut)

            Saat Layli dan Ega duduk di sekitar sebuah tangga di sekolah, mereka merencanakan untuk memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh Riva sekarang.

Layli              : “Yang aku tau, Riva itu juga punya kekurangan soal pembiayaan SPP. Dan juga, sekarang bapaknya sedang sakit-sakitan, gimana kalau kita membantunya ?”

Ega                 : “Tapi aku kurang setuju, memang kita punya uang untuk melunasi biaya SPP 2 bulan Riva ?”

Layli               : “Kalau kita berusaha pasti bisa”

Ega                 : “Caranya ?”

Layli               : (diam sejenak, berpikir)“Kita kurangi uang untuk jajan dalam 3 hari kedepan. Gimana ?”

Ega                  : “Tapi, apa itu tidak masalah ? Sepertinya itu menyusahkan ?”

Layli                : “Setidaknya kita coba dulu aja”

Ega                  : “Kamu yakin ?”

Layli                : “Yakin”

Ega                  : “Hm….. Tapi aku masih belum yakin”

Layli              : ‘Oh iya, aku baru ingat, sekolah kita kan ada kegiatan berbagi bekal, jadi kita bisa dapat makanan dari kegiatan itu”

Ega                  : “Ya bener, aku juga baru ingat, ya sudah aku setuju idemu”

Layli                : “Ok, kita mulai hari ini juga. Kita harus kumpulin 20.000.”

Ega                  : “ 20.000 ? Tapi itu sepertinya kemahalan”

Layli                : “Kayaknya engga”

Ega                  : “Ya sudah. Ini uangnya”

Layli                : “Ok, biar uang ini aku yang pegang”

Ega                  : “Sip, aku percaya sama kamu”

            Setelah hari berikutnya, Layli dan Ega telah mengumpulkan uang mereka untuk membayar SPP dari Riva yang sudah menunggak 2 bulan.

Layli                : “Sepertinya uang ini sudah cukup untuk membayar uang SPP Riva”

Ega                  : “Baiklah, ayo kita bayar”

            Lalu Ega dan Layli membayarkan uang SPP tersebut ke Ibu Mey sebagai bantuan mereka kepada Riva yaitu sahabat mereka.

Layli                : “Permisi bu”

Ibu Mey          : “Iya. Ada apa ?”

Ega                  : “Kami mau membayar SPP Riva”

Ibu Mey          : “Oh iya, sini biar saya catat”

Layli                : “Ini bu uangnya” (sambil memberikan uang)

Ibu Mey          : “Biar saya hitung dulu sebentar” (menghitung uang)

Ega                  : “Gimana bu ?sudah cukup ?”

Ibu Mey          : “Iya sudah”

Layli                : “Selain itu, jika ibu bisa, kami mau ibu merahasiakan ini dari Riva”

Ibu Mey          : “Kenapa ?”

Ega                : “Kami ingin beri dia hadiah tersebut, tapi tanpa kami dibilang merasa pamer maupun pamrih dihadapan Riva. Karena, pasti Riva menolak pemberian kami.”

Ibu Mey          : “Baiklah, tapi saya tidak berjanji”

Layli                : “Ya sudah, tidak apa-apa. Kami berdua pamit dulu bu” (mereka bersaliman dg ibu Mey)

            Setelah Layli dan Ega membayarkan uang SPP Riva, ternyata Riva belum mengetahui hal itu. Pada hari tersebut juga , Riva bertemu dengan Ibu Mey dan menanyakan uang SPP bahwa ia tidak bisa membayarnya dan meminta untuk diberikan perpanjangan waktu.

Riva                 : “Assalamu’alaikum. Permisi bu”

Ibu Mey          : “Wa’alaikum sallam, ada apa Ri ?”

Riva               : “Jadi begini bu, untuk masalah uang SPP saya ingin dikasih keringanan sekali lagi bu, saya belum mendapatkan cukup uang sampai hari ini, selain itu bapak saya juga sedang sakit. Jadi tolong bu” (dengan ekspresi memelas)

Ibu Mey          : “Saya tidak tega melihat kamu seperti itu, sebenarnya SPP kamu sudah lunas”

Riva                : (dengan merasa heran dan terkejut sekaligus bahagia) “Yang benar bu ?”

Ibu Mey          : “Iya benar”

Riva                : “Oleh siapa bu ?”

Ibu Mey          : “Oleh seseorang”

Riva              : “Siapa bu ?, tolong beritahu saya, biar saya bisa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya”

Ibu Mey          : “Tapi dia ingin supaya kamu tidak mengetahui siapa yang melunasi SPP kamu”

Riva                : “Tolonglah bu kasih tau saya, saya jadi merasa tidak enak kalau begini caranya”

Ibu Mey          : “Maaf, tapi saya tidak bisa”

Riva                : “Tolonglah bu. Ibu juga kan yang mengajari kita bahwa kita harus berterima kasih kepada orang yang membantu kita. Masa ibu menahan saya untuk berterima kasih kepada orang yang telah berbaik hati kepada saya”

Ibu Mey          : “Ya sudah. Sebenarnya yang telah melunasi SPP kamu adalah sahabatmu, Layli dan Ega”

Riva                : (dengan kaget) “Yang benar bu ?”

Ibu Mey          : “Iya Ri.”

Riva        : (dengan perasaan ingin cepat-cepat) “Baiklah bu, terima kasih, saya pamit dulu. Assalamu’alaikum”

Ibu Mey          : “Wa’alaikum sallam”

            Kamudian Riva berlari dan dilihatnya Ega dan Layli, kemudian Riva memeluk keduanya dengan mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka. Dan akan membalasnya dengan apa yang Riva bisa.